Tifus Abdominalis - FR 123 NT
Headlines News :
Home » » Tifus Abdominalis

Tifus Abdominalis

Written By Unknown on Selasa, 14 Agustus 2012 | 00.12

Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, dan gangguan kesadaran.

Etiologi
Salmonella typhii, basil Gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai sekurangnya empat macam antigen, yaitu antigen O (somatik), H (flagela), Vi, dan protein membran hialin.

Patogenesis
Bakteri masuk melalui saluran cerna, dibutuhkan jumlah bakteri 105-109 untuk dapat menimbulkan infeksi. Sebagian besar bakteri mati oleh asam lambung. Bakteri yang tetap hidup akan masuk ke dalam ileum melalui mikrovili dan mencapai plak Peyeri, selanjutnya masuk ke dalam pembuluh darah (disebut bakteremia primer). Pada tahap berikutnya, S. typhii menuju ke organ sistem retikuloendotelial yaitu hati, limpa, sumsum tulang, dan organ lain (disebut bakteremia sekunder). Kandung empedu merupakan organ yang sensitif terhadap infeksi S. typhii.

Manifestasi Klinis
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3-30) hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal berupa rasa tidak enak badan.

Pada kasus khas terdapat demam remiten pada minggu pertama, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus ada dalam keadaan demam, yang turun secara berangsur-angsur pada minggu ketiga. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor. Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan. Biasanya terdapat konstipasi, tetapi mungkin normal bahkan dapat diare.
Diagnosis Banding
Paratifoid A, B, dan C, infeksi dengue, malaria, tuberkulosis, influenza.

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan leukopenia, limfositosis relatif, aneosinofilia. Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan.

Dari pemeriksaan Widal, titer antibodi terhadap antigen O yang bernilai ≥ 1/200 atau peningkatan ≥  4 kali antara masa akut dan konvalesens mengarah kepada demam tifoid, meskipun dapat terjadi positif maupun negatif palsu akibat adanya reaksi silang antara spesies salmonela. Diagnosis pasti ditegakkan dengan menemukan kuman S. typhii pada biakan empedu yang diambil dari darah pasien.

Penatalaksanaan
o       Tirah baring total selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali. Seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya berdiri dan berjalan.
o       Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas.
o       Obat terpilih adalah kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis selama 10 hari. Dosis maksimal kloramfenikol 2 g/hari. Kloramfenikol tidak boleh diberikan bila jumlah leukosit ≤ 2000/ul. Bila pasien alergi dapat diberikan golongan penisilin atau kotrimoksazol.

Komplikasi
Perdarahan usus, perforasi usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis, ensefalopati, ronkopneumonia, hepatitis.

Prognosis
Umumnya baik bila pasien cepat berobat. Prognosis kurang baik bila terdapat gejala klinis yang berat seperti hiperpireksia atau febris kontinua; penurunan kesadaran; komplikasi berat seperti dehidrasi, asidosis, perforasi usus; dan gizi buruk.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : nofull
Powered by fren
Copyright © 2012. FR 123 NT - All Rights Reserved
Template Design by Callysta Zahrani Published by FR 123 NT