Etiologi
Salmonella typhii, basil Gram negatif, bergerak dengan rambut
getar, tidak berspora. Mempunyai sekurangnya empat macam antigen, yaitu antigen
O (somatik), H (flagela), Vi, dan protein membran hialin.
Patogenesis
Bakteri masuk melalui saluran cerna,
dibutuhkan jumlah bakteri 105-109 untuk dapat menimbulkan
infeksi. Sebagian besar bakteri mati oleh asam lambung. Bakteri yang tetap hidup
akan masuk ke dalam ileum melalui mikrovili dan mencapai plak Peyeri,
selanjutnya masuk ke dalam pembuluh darah (disebut bakteremia primer). Pada
tahap berikutnya, S. typhii menuju ke organ sistem
retikuloendotelial yaitu hati, limpa, sumsum tulang, dan organ lain (disebut
bakteremia sekunder). Kandung empedu merupakan organ yang sensitif terhadap
infeksi S. typhii.
Manifestasi Klinis
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3-30) hari. Selama
masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal berupa rasa tidak enak
badan.
Pada kasus khas terdapat demam remiten pada
minggu pertama, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan
malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus ada dalam keadaan demam, yang turun
secara berangsur-angsur pada minggu ketiga. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput
kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor. Hati dan
limpa membesar yang nyeri pada perabaan. Biasanya terdapat konstipasi, tetapi mungkin normal bahkan dapat
diare.
Diagnosis Banding
Paratifoid A, B, dan C, infeksi dengue,
malaria, tuberkulosis, influenza.
Pemeriksaan
Penunjang
Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan
leukopenia, limfositosis relatif, aneosinofilia. Mungkin terdapat anemia dan
trombositopenia ringan.
Dari pemeriksaan Widal, titer antibodi
terhadap antigen O yang bernilai ≥ 1/200 atau peningkatan ≥ 4 kali antara masa akut dan konvalesens
mengarah kepada demam tifoid, meskipun dapat terjadi positif maupun negatif
palsu akibat adanya reaksi silang antara spesies salmonela. Diagnosis pasti
ditegakkan dengan menemukan kuman S. typhii pada biakan empedu yang
diambil dari darah pasien.
Penatalaksanaan
o Tirah baring total selama demam sampai dengan
2 minggu normal kembali. Seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya berdiri
dan berjalan.
o Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori,
dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun
menimbulkan banyak gas.
o Obat terpilih adalah kloramfenikol 100
mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis selama 10 hari. Dosis maksimal kloramfenikol 2
g/hari. Kloramfenikol tidak boleh diberikan bila jumlah leukosit ≤ 2000/ul. Bila
pasien alergi dapat diberikan golongan penisilin atau
kotrimoksazol.
Komplikasi
Perdarahan usus, perforasi usus, peritonitis,
meningitis, kolesistitis, ensefalopati, ronkopneumonia, hepatitis.
Prognosis
Umumnya baik bila pasien cepat berobat.
Prognosis kurang baik bila terdapat gejala klinis yang berat seperti
hiperpireksia atau febris kontinua; penurunan kesadaran; komplikasi berat
seperti dehidrasi, asidosis, perforasi usus; dan gizi
buruk.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !