Konstipasi adalah kesulitan atau kelambatan
pasase feses yang menyangkut konsistensi tinja dan frekuensi
berhajat.
Patofisiologi
Dipengaruhi oleh diet, komposisi tinja, motilitas saluran
cerna, dan obstruksi mekanis. Agar terjadi defekasi normal, anak harus merasakan
tinja di dalam rektum, kemudian diafragma dan otot abdomen akan berkontraksi.
Sfingter anus harus berelaksasi sebagai respons terhadap dorongan bolus tinja.
Kelainan komponen-komponen yang mengatur defekasi normal akan menimbulkan
konstipasi
Manifestasi Klinis
Mula timbul dan lamanya konstipasi:
o
Konstipasi
akut
Lama konstipasi : 1 - 4
minggu
Penyebab tersering : infeksi virus, obstruksi
mekanis, dehidrasi, dan botulism infantil
o
Konstipasi
kronik
Lama konstipasi : lebih dari 1
bulan
Penyebab : biasanya fungsional, penyakit Hirschsprung
Harus dibedakan penyebab konstipasi fungsional
ataukah mekanis (Hirschsprung atau lainnya). Yang khas pada Hirschsprung berupa
gangguan pasase feses spontan di mana feses belum keluar dalam 48 jam setelah
lahir atau lebih. Setiap saat dapat terjadi diare pada
Hirschsprung akibat enterokolitis apalagi bila disertai dengan CSBS
(Contaminated Small Bowel Syndrome). Konstipasi fungsional biasanya mulai
setelah anak berumur lebih dari 2 tahun. Mula-mula keluar feses yang besar,
namun karena sedemikian besar sehingga menghalangi atau sukar keluar. Pemakaian
obat antikolinergik atau opiat dapat menyebabkan konstipasi akibat perangsangan
terhadap sistem persarafan. Bila penyebabnya hipotiroidisme, dapat ditemukan
hoarse cry dan hernia umbilikalis
yang terjadi perlahan di sarnping konstipasi. Pada umur yang lebih lanjut dapat
terjadi poliuri, polidipsi, atau fissura ani.
Pada anamnesis makanan ditanyakan apakah
jumlah yang dimakan mengandung banyak serat, kebiasaan latihan fisik, saat dan
posisi defekasi, adakah gangguan emosi pada penderita, serta adakah riwayat
konstipasi pada anggota keluarga yang lain.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
pemeriksaan fisis:
o
Bentuk
feses
o
Adakah
keterlambatan pertumbuhan, dihubungkan dengan penyebab organik atau
hipotiroidisme
o
Pemeriksaan
neurologis umum, dihubungkan dengan adanya inervasi sfingter ani atau
striktur
o
Adakah distensi
abdomen, prominen pada Hirschsprung atau konstipasi fungsional yang
lama
o
Pemeriksaan rektal
dapat ditemukan lesi stenosis atau dugaan Hirschsprung berupa rektum yang kosong
dan pendek dan bila jari-jari dikeluarkan keluar gush yang tipik dari
cairan dan gas. Pada konstipasi fungsional dapat diraba masa feses yang besar di
bawah sphingter ani. Perhatikan adanya fissura in-ano atau lesi perianal
lain.
Pemeriksaan
Penunjang
o
Pemeriksaan
laboratorium: urin lengkap (terutama pada konstipasi kronik), dan pemeriksaan
kemungkinan ke arah penyakit spesifik seperti hipotiroid, hiperkalsemi, dll.
o
Barium enema, pada
dugaan adanya lesi obstruksi distal.
o
Manometri rektal,
perlu untuk diagnosis Hirschsprung atau ultra short segment namun positif
atau negatif palsu dapat terjadi pada bayi.
o
Biopsi, pada
Hirschsprung dapat ditemukan tidak adanya sel-sel ganglion, aktivitas
kolinesterase meningkat.
Penatalaksanaan
1. Pengobatan kausal, pada Hirschsprung
diperlukan tindakan bedah, sedangkan pada hipotiroidisme dan masalah tubular
ginjal berupa terapi spesifik.
2.
Simtomatik,
terutama pada konstipasi fungsional ringan, berupa laksans seperti mineral
oil, laktulosa, natrium sulfosuksinat dan preparat senna pada kasus
berat.
3.
Konservatif untuk
menjadikan feses lembek, berupa dietary fibre.
4. Kebiasaan buang air besar setiap hari atau ke
toilet teratur 2 kali sehari dan lebih baik sesudah makan.
5. Sikap yang baik berupa fleksio pada paha untuk
menaikkan tekanan intraabdomen dan evakuasi mudah tercapai dengan
mengistirahatkan kaki.
6. Untuk fissura in-ano perlu salep
anestesi dengan kortikostreroid.
1. Atasi penyebab psikologis.
.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !