Asma - FR 123 NT
Headlines News :

Asma

Written By Unknown on Selasa, 14 Agustus 2012 | 00.35

Asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dalam keadaan di mana asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah disingkirkan.

Etiologi
Belum diketahui. Faktor pencetus adalah alergen, infeksi (terutama saluran napas bagian atas), iritan, cuaca, kegiatan jasmani, refluks gastroesofagus, dan psikis.

Patogenesis
Alergen yang masuk ke dalam tubuh merangsang sel plasma menghasilkan IgE yang selanjutnya menempel pada reseptor dinding sel mast. Sel mast ini disebut sel mast tersensitisasi.

Bila alergen serupa masuk ke dalam tubuh, alergen tersebut akan menempel pada sel mast tersensitisasi yang kemudian mengalami degranulasi dan mengeluarkan sejumlah me­diator seperti histamin, leukotrien, faktor pengaktivasi platelet, bradikinin, dll. Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema, peningkatan produksi mukus, dan kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis.

Manifestasi Klinis
Pada anak yang rentan, inflamasi di saluran napas ini dapat menyebabkan timbulnya episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas namun bervariasi, yang sebagian besar bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala dan serangan asma biasanya timbul bila pasien terpajan dengan faktor pencetus yang sangat beragam dan bersifat individual.

Pemeriksaan Penunjang
Uji faal paru dan analisis gas darah dapat menggambarkan derajat serangan asma. Uji provokasi bronkus dilakukan dengan menggunakan histamin, metakolin, atau beban lari. Hiperreaktivitas positif bila Peak Flow Rate (PFR), FEV1 (forced expiratory volume in 1 second) turun >15% dari nilai sebelum uji provokasi dan setelah diberi bronkodilator nilainya kembali normal. Bila PFR dan PEV1 sudah rendah dan setelah diberi bronkodilator naik > 15%, berarti hiperreaktivitas bronkus positif dan uji provokasi tidak diperlukan.

Pada foto dada PA akan tampak corakan paru yang meningkat. Hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan asma kronik. Atelektasis sering ditemukan pada anak ≥ 6 tahun. Foto sinus paranasalis diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.

Pemeriksaan eosinofil dalam darah, sekret hidung, dan dahak dapat menunjang diagno­sis asma. Dalam sputum dapat ditemukan kristal Charcot-Leyden dan spiral Curshman. Uji tuberkulin penting bukan saja karena di Indonesia masih banyak tuberkulosis, tetapi jika ada tuberkulosis dan tidak diobati, asmanya mungkin akan sukar dikontrol.

Penatalaksanaan
Perlu diberikan edukasi, antara lain mengenai patogenesis asma, peranan terapi asma, jenis-­jenis terapi yang tersedia, serta faktor pencetus yang perlu dihindari. Pastikan pasien menggunakan alat untuk terapi inhalasi yang sesuai.

Secara umum, terdapat dua jenis obat dalam penatalaksanaan asma, yaitu obat pengendali (controller) dan pereda (reliever). Obat pengendali merupakan profilaksis serangan yang diberikan tiap hari, ada atau tidak ada serangan/gejala, sedangkan obat pereda adalah yang diberikan saat serangan. Terapi medikamentosa dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : nofull
Powered by fren
Copyright © 2012. FR 123 NT - All Rights Reserved
Template Design by Callysta Zahrani Published by FR 123 NT