Etiologi
Belum diketahui. Faktor pencetus adalah
alergen, infeksi (terutama saluran napas bagian atas), iritan, cuaca, kegiatan
jasmani, refluks gastroesofagus, dan psikis.
Patogenesis
Alergen yang masuk ke dalam tubuh merangsang
sel plasma menghasilkan IgE yang selanjutnya menempel pada reseptor dinding sel
mast. Sel mast ini disebut sel mast tersensitisasi.
Bila alergen serupa masuk ke dalam tubuh,
alergen tersebut akan menempel pada sel mast tersensitisasi yang kemudian
mengalami degranulasi dan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin,
leukotrien, faktor pengaktivasi platelet, bradikinin, dll. Mediator ini
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema, peningkatan
produksi mukus, dan kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan
simpatis.
Manifestasi Klinis
Pada anak yang rentan, inflamasi di saluran
napas ini dapat menyebabkan timbulnya episode mengi berulang, sesak napas, rasa
dada tertekan, dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini
biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas namun bervariasi,
yang sebagian besar bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan
pengobatan. Gejala dan serangan asma biasanya timbul bila pasien terpajan dengan
faktor pencetus yang sangat beragam dan bersifat
individual.
Pemeriksaan
Penunjang
Uji faal paru dan analisis gas darah dapat
menggambarkan derajat serangan asma. Uji provokasi bronkus dilakukan dengan
menggunakan histamin, metakolin, atau beban lari. Hiperreaktivitas positif bila
Peak Flow Rate (PFR), FEV1 (forced expiratory volume in 1 second)
turun >15% dari nilai sebelum uji provokasi dan setelah diberi
bronkodilator nilainya kembali normal. Bila PFR dan PEV1 sudah rendah dan
setelah diberi bronkodilator naik > 15%, berarti hiperreaktivitas bronkus
positif dan uji provokasi tidak diperlukan.
Pada foto dada PA akan tampak corakan paru
yang meningkat. Hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan asma kronik.
Atelektasis sering ditemukan pada anak ≥ 6 tahun. Foto sinus paranasalis
diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya
sinusitis.
Pemeriksaan eosinofil dalam darah, sekret
hidung, dan dahak dapat menunjang diagnosis asma. Dalam sputum dapat ditemukan
kristal Charcot-Leyden dan spiral Curshman. Uji tuberkulin penting bukan saja
karena di Indonesia masih banyak tuberkulosis, tetapi
jika ada tuberkulosis dan tidak diobati, asmanya
mungkin akan sukar dikontrol.
Penatalaksanaan
Perlu diberikan edukasi, antara lain mengenai
patogenesis asma, peranan terapi asma, jenis-jenis terapi yang tersedia, serta
faktor pencetus yang perlu dihindari. Pastikan pasien menggunakan alat untuk
terapi inhalasi yang sesuai.
Secara umum, terdapat dua jenis obat dalam
penatalaksanaan asma, yaitu obat pengendali (controller) dan pereda
(reliever). Obat pengendali merupakan profilaksis serangan yang diberikan
tiap hari, ada atau tidak ada serangan/gejala, sedangkan obat pereda adalah yang
diberikan saat serangan. Terapi medikamentosa dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !