Difteria - FR 123 NT
Headlines News :
Home » » Difteria

Difteria

Written By Unknown on Selasa, 14 Agustus 2012 | 00.11

Difteria ialah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman Corynebacte­rium diphtheriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan tanda khas berupa pseudomembran dan dilepaskannya eksotoksin yang dapat menimbulkan gejala umum dan lokal. Penularan umumnya melalui udara, berupa infeksi droplet, selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontaminasi. Masa tunas 2-7 hari.

Etiologi
Corynebacterium diphtheriae, bakteri Gram positif yang bersifat polimorf, tidak bergerak, dan tidak membentuk spora. Terdapat 3 jenis basil, yaitu bentuk gravis, mitis, dan interme­dius. Basil dapat membentuk:
o       pseudomembran yang sukar diangkat, mudah berdarah, dan berwarna putih keabu­-abuan yang meliputi daerah yang terkena; terdiri dari fibrin, leukosit, jaringan nekrotik, dan basil.
o       eksotoksin yang sangat ganas dan dapat meracuni jaringan setelah beberapa jam diabsorbsi dan memberikan gambaran perubahan jaringan yang khas terutama pada otot jantung, ginjal, dan jaringan saraf. Minimum lethal dose (MLD) toksin ini ialah 0,02 ml.

Uji Schick ialah pemeriksaan untuk mengetahui apaklah seseorang telah mengandung antitoksin. Dengan titer antitoksin 0,03 ml satuan per militer darah cukup dapat menahan infeksi difteria. Untuk pemeriksaan ini digunakan dosis 1/50 MLD yang diberikan intrakutan dalam bentuk larutan yang telah diencerkan sebanyak 0,1 ml. Pada seseorang yang tidak mengandung antitoksin akan timbul vesikel pada bekas suntikan dan hilang setelah beberapa minggu. Pada yang mengandung titer antitoksin rendah, uji Schick dapat positif; pada bekas suntikan timbul warna merah kecoklatan dalam 24 jam. Uji Schick dikatakan negatif bila tidak didapatkan reaksi apa pun pada tempat suntikan dan ini terdapat pada orang dengan imunitas atau mengandung antitoksiri yang tinggi. Positif palsu terjadi akibat reaksi alergi terhadap protein antitoksin yang akan menghilang dalam 72 jam.

Patogenesis
Basil hidup dan berkembang biak pada saluran napas atas, terlebih-lebih bila terdapat peradangan kronis pada tonsil, sinus, dll. Basil dapat pula hidup pada vulva, telinga, dan kulit. Pada tempat ini basil membentuk pseudomembran dan melepaskan eksotoksin.

Klasifikasi
1.      Infeksi ringan: pseudomembran terbatas pada mukosa hidung atau fasial dengan gejala hanya nyeri menelan.
2.      Infeksi sedang: pseudomembran menyebar lebih luas sampai ke dinding posterior far­ing dengan edema ringan laring yang dapat diatasi dengan pengobatan konservatif.
3.      Infeksi berat: disertai gejala sumbatan jalan napas yang berat, yang hanya dapat diatasi dengan trakeostomi. Juga gejala komplikasi miokarditis, paralisis, atau pun nefritis dapat menyertainya.
Manifestasi Klinis
o       Difteri hidung: pilek dengan sekret bercampur darah. Gejala konstitusi ringan.
o       Difteri faring dan tonsil (fausial): terdapat radang akut tenggorok, demam sampai 38,5°C, takikardi, tampak lemah, napas berbau, timbul pembengkakan kelenjar regional (bull neck). Membran dapat berwarna putih, abu-abu kotor, atau abu kehijauan dengan tepi yang sedikit terangkat. Bila membran diangkat akan timbul perdarahan. Tetapi, prosedur ini dikontraindikasikan karena mempercepat penyerapan toksin.
o       Difteri laring: jenis yang terberat, terdapat afonia, sesak, stridor inspirasi, demam sampai 40°C, sangat lemah, sianosis, bull neck.
o       Difteri kutaneus dan vaginal: lesi ulseratif dengan pembentukan membran. Lesi persisten dan sering terdapat anestesi.

Pemeriksaan Penunjang
Dapat terjadi leukositosis ringan.

Diagnosis
Ditegakkan dengan ditemukannya Corynebacterium diphtheriae pada preparat langsung dengan pewarnaan biru metilen atau biru toluidin atau biakan dengan media Loėffler.

Diagnosis Banding
Difteria nasal: perdarahan akibat luka dalam hidung, korpus alienum, atau sifilis kongenital. Difteria faring dan tonsil (fausial): tonsilitis folikularis atau lakunaris, angina Plaut Vincent, infeksi mononukleosis infeksiosa, blood dyscrasia.
Difteria laring: laringitis akut, laringotrakeitis, laringitis membranosa, benda asing pada laring.

Penatalaksanaan
Dilakukan bila klinis menyokong ke arah difteria tanpa menunggu hasil pemeriksaan penunjang. Tata laksana umum dengan tirah baring, isolasi pasien, pengawasan ketat atas kemungkinan komplikasi, antara lain pemeriksaan EKG setiap minggu. Pasien dirawat selama 3-4 minggu. Sedangkan secara khusus.
o       Anti-Diphtheria Serum (ADS) diberikan dengan dosis 20.000-100.000 U bergantung pada lokasi, adanya komplikasi, dan durasi penyakit. Sebelumnya lakukan uji kulit (pengenceran 1:100) atau mata (pengenceran 1:10). Bila pasien sensitif, lakukan desensitisasi cara Besredka.
o       Antibiotik. Penisilin prokain 50.000 U/kgBB/hari sampai 10 hari. Bila alergi, berikan eritromisin 40 mg/kgBB/hari. Bila dilakukan trakeostomi, tambahkan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis.
o       Kortikosteroid. Digunakan untuk mengurangi edema laring dan mencegah komplikasi miokarditis. Diberikan prednison 2 mg/kgBB/hari selama 3 minggu yang dihentikan secara bertahap (tapering off).
o       Bila ada komplikasi paresis otot dapat diberikan striknin ¼ mg dan vitamin B1 100 mg setiap hari, 10 hari berturut-turut.

Komplikasi
1.      Saluran napas: obstruksi jalan napas, bronkopneumonia, atelektasis paru.
2.      Kardiovaskular: miokarditis akibat toksin kuman.
3.      Urogenital: nefritis.
4.      Susunan saraf: paralisis/paresis palatum mole (minggu I dan II), otot mata (minggu III), dan umum (setelah minggu IV).

Pencegahan
1.      Isolasi pasien. Isolasi dihentikan bila hasil pemeriksaan sediaan langsung C. diphtheriae 2 hari berturut-turut negatif.
2.      Imunisasi.
3.      Pencarian dan pengobatan karier. Dilakukan dengan uji Schick. Bila hasil negatif, dilakukan apusan tenggorok. Jika ditemukan C. diphtheriae, harus diobati.

Prognosis
Prognosis lebih buruk pada pasien dengan usia yang lebih muda, perjalanan penyakit yang lama, letak lesi yang dalam, gizi kurang, dan pemberian antitoksin yang terlambat.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : nofull
Powered by fren
Copyright © 2012. FR 123 NT - All Rights Reserved
Template Design by Callysta Zahrani Published by FR 123 NT