Etiologi
Penyebabnya bermacam-macam. Umumnya adalah
usia lanjut (senil), tapi dapat terjadi secara kongenital akibat infeksi virus
di masa pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan perkembangan; kelainan sistemik
atau metabolik, seperti diabetes melitus,
galaktosemi, dan distrofi miotonik; traumatik; terapi kortikosteroid sistemik;
dan sebagainya.
Rokok dan konsumsi alkohol meningkatkan
risiko katarak.
Manifestasi Klinis
Keluhan yang timbul adalah penurunan tajam
penglihatan secara progresif dan penglihatan seperti berasap. Sejak awal,
katarak dapat terlihat melalui pupil yang telah berdilatasi dengan oftalmoskop,
slit lamp, atau shadow test. Setelah katarak bertambah matang maka
retina menjadi semakin sulit dilihat sampai akhirnya refleks fundus tidak ada
dan pupil berwarna putih.
Pada katarak senil dikenal 4 stadium, yaitu
insipien, imatur, matur, dan hipermatur.
Pada stadium insipien dapat terjadi perbaikan
penglihatan dekat akibat peningkatan indeks refraksi
lensa.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan
sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau
bila telah menimbulkan penyulit seperti glaukoma dan uveitis. Tingkat
keberhasilan pada katarak senil 90%, sedangkan komplikasi yang mungkin timbul
akibat operasi adalah glaukoma, ablasi retina,
perdarahan vitreus, infeksi, atau pertumbuhan epitel ke kamera okuli anterior.
Katarak kongenital harus dideteksi dini karena bita menutupi aksis visual harus
segera dioperasi untuk mencegah ambliopia.
Teknik yang umum dilakukan adalah ekstraksi
katarak ekstrakapsular, di mana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau
perobekan kapsul lensa anterior sehingga korteks dan nukleus lensa dapat
dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun dengan teknik ini dapat timbul
penyulit katarak sekunder. Dengan teknik ekstraksi katarak intrakapsular tidak
terjadi katarak sekunder karena seluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan, dapat
dilakukan pada katarak senil yang matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak
boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang
masih memiliki zonula zinn. Dapat pula dilakukan teknik ekstrakapsular dengan
fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik,
sehingga hanya diperlukan insisi kecil, di
mana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien
meningkat.
Sebaiknya ditanam lensa intraokular pada saat pembedahan,
sehingga tidak perlu memakai kacamata afakia yang tebal atau lensa kontak.
Kontraindikasi pemasangan lensa intraokular adalah uveitis berulang, retinopati
diabetik proliferatif, rubeosis iridis, dan glaukoma neovaskular.
Penatalaksanaan pascaoperasi terutama
ditujukan untuk mencegah infeksi dan terbukanya luka operasi. Pasien diminta
tidak banyak bergerak dan menghindari mengangkat beban berat selama sebulan.
Mata ditutup selama beberapa hari atau dilindungi dengan kacamata atau pelindung
pada siang hari. Selama beberapa minggu harus dilindungi dengan pelindung logam
pada malam hari. Kacamata permanen diberikan 6-8 minggu setelah
operasi.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !