Sinusitis kronik umumnya sukar disembuhkan
dengan terapi medikamentosa saja. Harus dicari faktor penyebab dan
predisposisinya.
Etiologi dan
Patogenesis
Polusi bahan kimia, alergi, dan defisiensi
imunologik menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung.
Perubahan ini mempermudah terjadinya infeksi. Terdapat edema konka yang
mengganggu drainase sekret, sehingga silia rusak, dan seterusnya. Jika
pengobatan pada sinusitis akut tidak adekuat, maka akan
terjadi infeksi kronik.
Manifestasi Klinis
Gejala subyektif bervariasi dari ringan
sampai berat, seperti:
o Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret
di hidung dan nasofaring (post nasal drip). Sekret di nasofaring secara
terus-menerus akan menyebabkan batuk kronik.
o Gejala faring, berupa rasa tidak nyaman di
tenggorok.
o Gejala telinga, berupa gangguan pendengaran akibat sumbatan tuba
Eustachius.
o Nyeri kepala, biasanya pada pagi hari dan
berkurang di siang hari. Mungkin akibat penimbunan ingus dalam rongga hidung dan
sinus, serta stasis vena pada malam hari.
o Gejala mata, akibat penjalaran infeksi
melalui duktus nasolakrimalis.
o Gejala saluran napas, berupa batuk dan kadang
komplikasi di paru.
o Gejala saluran cerna, dapat terjadi
gastroenteritis akibat mukopus yang tertelan.
Hasil pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis akut dan tidak terdapat pembengkakan di muka.
Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan sekret kental purulen dari meatus medius
atau meatus superior. Pada rinoskopi posterior tampak sekret purulen di
nasofaring atau turun ke tenggorok.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikrobiologik biasanya menunjukkan infeksi
campuran bermacam-macam bakteri, kuman anaerob atau lebih sering ditemukan
campuran dengan aerob. Untuk membantu menegakkan diagnosis dapat dilakukan
pemeriksaan transiluminasi untuk sinus maksila dan sinus frontal, radiologi,
pungsi sinus maksila, sinuskopi sinus maksila, pemeriksaan histopatologi,
nasoendoskopi meatus medius dan meatus superior. Tomografi komputer
diindikasikan untuk evaluasi sinusitis kronik yang tidak membaik dengan terapi,
sinusitis dengan komplikasi, evaluasi preoperatif, dan jika ada dugaan
keganasan. Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih baik daripada
tomografi komputer dalam resolusi jaringan lunak dan sangat baik untuk
membedakan sinusitis karena jamur, neoplasma, dan perluasan intrakranialnya,
namun resolusi tulang tidak tergambar baik dan harganya mahal.
Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa memiliki peran terbatas
karena umumnya disebabkan obstruksi sinus yang persisten.
Diberikan terapi obat-obat simtomatis dan
antibiotik selama 2-4 minggu untuk mengatasi infeksinya. Antibiotik dipilih yang
mencakup anaerob, seperti penisilin V. Klindamisin, atau augmentin merupakan
pilihan yang tepat bila penisilin tidak efektif Steroid nasal topikal seperti
beklometason berguna sebagai antiinflamasi dan antialergi.
Untuk membantu memperbaiki drainase dan
pembersihan sekret, dapat dilakukan pungsi atau antrostomi dan irigasi untuk
sinusitis maksila, sedangkan untuk sinusitis etmoid, frontal, dan sfenoid dapat
dilakukan pencucian Proetz. Dilakukan 2 kali dalam seminggu. Bila setelah 5 atau
6 kali tidak ada perbaikan dan klinis masih tetap banyak sekret purulen, berarti
mukosa sinus sudah ireversibel sehingga perlu dilakukan operasi radikal.
Sinuskopi juga dapat dipakai untuk mengetahui apakah telah terjadi perubahan
mukosa sinus.
Terapi radikal dilakukan dengan mengangkat
mukosa yang patologik dan membuat drainase sinus yang terkena. Untuk sinus
maksila dilakukan operasi Caldwell-Luc, sedangkan untuk sinus etmoid dilakukan
etmoidektomi dari intranasal atau ekstranasal. Pada sinusitis frontal dilakukan
secara intranasal atau ekstranasal (operasi Killian). Drainase sinus sfenoid
dilakukan secara intranasal.
Perkembangan terakhir adalah Bedah Sinus
Endoskopik Fungsional (BSEF). Prinsipnya membuka dan membersihkan daerah
kompleks ostiomeatal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi, sehingga
mukosa sinus kembali normal.
Pada anak pemberian antibiotik jangka lama,
dekongestan sistemik atau topikal, serta imunoterapi yang tepat merupakan dasar
pengobatan sinusitis kronik.
Komplikasi.
Dengan penemuan antibiotik, komplikasi
sinusitis menurun dengan nyata. Biasanya terjadi pada sinusitis akut atau kronik dengan eksaserbasi
akut.
Osteomielitis dan abses superiostal paling
sering pada sinusitis frontal dan sering pada anak-anak. Pada sinusitis maksila
dapat timbul fistula oroantral.
Kelainan orbita terjadi akibat sinusitis
paranasal yang berdekatan dengan orbita. Yang paling sering sinusitis etmoid.
Penyebaran melalui tromboflebitis atau perkontinuitatum. Kelainan yang dapat
timbul adalah edema palpebra, selulitis
orbita, abses orbita, dan trombosis sinus kavernosus.
Komplikasi berupa kelainan intrakranial,
seperti meningitis, abses otak, dan trombosis sinus kavernosus dapat
timbul.
Juga kelainan paru, seperti bronkitis kronik
dan bronkiektasis, yang disebut sebagai
sinobronkitis. Dapat juga timbul asma
bronkial.
Bila terdapat tanda-tanda komplikasi ini,
maka pasien harus dirujuk dengan segera. Tanda bahaya lain adalah gejala
sinusitis frontal dan sinusitis sfenoid akut yang berat.
Bila gejala akut sinusitis tidak reda dengan
pengobatan, terutama bila serangan timbul lebih dari 4-6 kali per tahun, gejala
menetap di antara 2 serangan, dan diperkirakan ada masalah lain yang
mendasarinya maka sebaiknya pasien juga dirujuk, karena mungkin diperlukan
tindakan pembedahan.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !