Meningitis Bakterial - FR 123 NT
Headlines News :
Home » » Meningitis Bakterial

Meningitis Bakterial

Written By Unknown on Selasa, 14 Agustus 2012 | 00.15

Meningitis bakterial adalah suatu peradangan pada selaput otak, ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal.

Patogenesis
Infeksi dapat mencapai selaput otak melalui:
1.  Aliran darah (hematogen) karena infeksi di tempat lain seperti faringitis, tonsilitis, endokarditis, pneumonia, infeksi gigi. Pada keadaan ini sering didapatkan biakan kuman yang positif pada darah, yang sesuai dengan kuman yang ada dalam cairan otak.
2.      Perluasan langsung dari infeksi (per kontinuitatum) yang disebabkan oleh infeksi dari sinus paranasalis, mastoid, abses otak, sinus kavernosus.
3.      Implantasi langsung: trauma kepala terbuka, tindakan bedah otak, pungsi lumbal. dan mielokel.
4.      Meningitis pada neonatus dapat terjadi oleh karena:
o     Aspirasi dari cairan amnion yang terjadi pada saat bayi melalui jalan lahir atau oleh kuman-kuman yang normal ada pada jalan lahir.
o       Infeksi bakterial secara transplasental terutama listeria.
Sebagian besar infeksi susunan saraf pusat terjadi akibat penyebaran hematogen. Saluran napas merupakan port d’entree utama bagi banyak penyebab meningitis purulenta. Proses terjadinya meningitis bakterial melalui jalur hematogen diawali dengan perlekatan bakteri pada sel epitel mukosa nasofaring dan melakukan kolonisasi, kemudian menembus rintangan mukosa dan memperbanyak diri dalam aliran darah dan menimbulkan bakteremia. Selanjutnya bakteri masuk ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri di dalamnya. Bakteri ini menimbulkan peradangan pada selaput otak (meningen) dan otak.
Manifestasi Klinis
Tidak ada satu pun gambaran klinis yang patognomonik untuk meningitis bakterial.

Meningitis pada bayi baru lahir dan prematur memiliki gambaran klinis sangat kabur dan tidak khas. Demam hanya terjadi pada ½ jumlah kasus. Biasanya pasien tampak lemah dan malas, tidak mau minum, muntah-muntah, kesadaran menurun, ubun-ubun besar tegang dan membonjol, leher lemas, respirasi tidak teratur, kadang-kadang disertai ikterus jika sepsis. Bila didapatkan sepsis pada bayi baru lahir harus dicurigai adanya meningitis.

Pada bayi berumur 3 bulan-2 tahun terdapat demam, muntah, gelisah, kejang berulang, high pitched cry (pada bayi); ubun-ubun tegang dan membonjol. Pada anak dengan demam terus-menerus yang tidak dapat diterangkan penyebabnya perlu dicurigai adanya meningi­tis.

Pada anak besar meningitis kadang-kadang memberikan gambaran klasik. Terdapat demam, menggigil, muntah, dan nyeri kepala. Kadang-kadang gejala pertama adalah kejang, gelisah, gangguan tingkah laku. Penurunan kesadaran dapat terjadi. Tanda klinis yana biasa didapat adalah kaku kuduk, tanda Brudzinski dan Kernig.

Saraf kranial yang sering mengalami kelainan adalah N VI, VII, dan IV. Bila terdapar trombosis vaskular dapat timbul kejang dan hemiparesis.

Pemeriksaan Penunjang
Lakukan pungsi lumbal pada setiap pasien dengan kecurigaan meningitis. Meskipun hasilnya normal, observasi pasien dengan ketat sampai keadaannya kembali normal. Pungsi lumbal dapat diulang setelah 8 jam bila diperlukan. Selama fase akut sel yang dominan adalah PMN sampai sekitar 95%. Dengan perjalanan penyakit ada kenaikan bertahap limfosit dan sel mononuklear. Selain itu, terdapat kenaikan kadar protein sampai di atas 75% dan penurunan kadar glukosa sampai di bawah 20%. Pengobatan antibiotik sebelumnya dapat mengacaukan gambaran cairan serebrospinal.

Pewarnaan Gram cairan serebrospinal berguna untuk menentukan terapi awal. Kultur dan uji resistensi dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat

Komplikasi
Ventrikulitis, efusi subdural, gangguan cairan dan elektrolit, meningitis berulang, abses otak, paresis/paralisis, tuli, hidrosefalus, retardasi mental, epilepsi.

Penatalaksanaan
o       Cairan intravena.
o       Koreksi gangguan asam-basa dan elektrolit.
o       Atasi kejang (lihat topik kejang demam).
o       Kortikosteroid. Berikan deksametason 0,6 mg/kgBB/hari selama 4 hari, 15-20 menit sebelum pemberian antibiotik.
o       Antibiotik. Terdiri dari 2 fase, yaitu empirik dan setelah ada hasil biakan dan uji resistensi. Pengobatan empirik pada neonatus adalah kombinasi ampisilin dan aminoglikosida atau ampisilin dan sefotaksim. Pada umur 3 bulan-10 tahun kombinasi ampisilin dan kloramfenikol atau sefuroksim/sefotaksim/seftriakson. Pada usia lebih dari 10 tahun digunakan penisilin. Pada neonatus pengobatan selama 21 hari, pada bayi dan anak 10-­14 hari.

Prognosis
Prognosis buruk pada usia yang lebih muda, infeksi berat yang disertai DIC.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : nofull
Powered by fren
Copyright © 2012. FR 123 NT - All Rights Reserved
Template Design by Callysta Zahrani Published by FR 123 NT