Etiologi
Penyebabnya sampai saat ini belum diketahui.
Rokok diduga berhubungan dengan timbulnya penyakit ini. Faktor-faktor yang
diduga sebagai penyebab:
o Infeksi kronik hidung dan sinus
paranasal
o Kontak dengan debu kayu pada pekerja
mebel
o Kontak dengan bahan industri, seperti nikel,
krom, gas mustard, dan isopropanolol
o Thorium dioksida yang dipakai sebagai cairan
kontras pada pemeriksaan rontgen sinus maksila.
Manifestasi Klinis
Gejala tergantung asal tumor primer serta
arah dan luas penyebaran tumor. Tumor jinak dan gejala dini tumor ganas dapat
menyerupai rinitis dan sinusitis
kronik.

Gejala dini menyerupai rinosinusitis kronik.
Di dalam rongga hidung tumor menyebabkan gejala hidung, tersumbat dan epistaksis. Terdapat rinorea unilateral yang menetap. Bila
sangat besar, tulang hidung akan terdesak sehingga bentuk hidung berubah. Bila
meluas ke sinus etmoid atau lamina kribrosa, menimbulkan nyeri daerah frontal.
Bila meluas ke orbita, menyebabkan proptosis, nyeri orbita, dan diplopia,
mungkin teraba massa di orbita. Tumor yang meluas ke nasofaring dapat
menyebabkan tuli konduktif akibat gangguan tuba
Eustachius.
Di dalam sinus maksila, tumor biasanya tidak
bergejala sampai meluas ke organ lain. Dapat menyebabkan rasa nyeri pada gigi
atas, gigi goyah, gangguan oklusi atau pembengkakan dan laserasi di daerah
palatum. Tumor ganas sinus maksila umumnya membuat deformitas dan asimetri pipi
kanan dan kiri serta nyeri. Gejala pada hidung berupa sumbatan, epistaksis ringan, dan sekret hidung kental pada tumor
jinak, sedangkan pada tumor ganas diikuti ingus berbau dan rasa nyeri. Gejala
pada rongga mulut berupa nyeri gigi, gusi, gigi goyah, dan sebagainya. Gejala
mata jarang terjadi.

Pada tumor di sinus etmoid, gejala mata
adalah muncul setelah gejala hidung. Hanya sedikit terjadi deformitas muka.
Tumor sinus frontal cenderung hanya memberikan gejala pada mata saja, sedangkan
pada sinus sfenoid, umumnya memberikan gejala neurologik.
Dicari adanya massa di kavum nasi dan apakah dinding
lateralnya terdorong ke medial. Perhatikan asimetri atau gigi goyah dan dengan
palpasi cari nyeri tekan gigi rahang atas dan palatum. Dari rinoskopi posterior
dilihat apakah ada massa di koana dan nasofaring. Obstruksi tuba Eustachius
dicari. Periksa daerah pipi dan sulkus gingivobukal, apakah ada massa atau
gangguan nervus infraorbitalis.
Kemungkinan kelainan saraf otak dan
pembesaran kelenjar leher dicari.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan foto sinus paranasal dan paru
untuk melihat adanya metastasis. Dilakukan foto polos dengan posisi Caldwell,
Waters, lateral, dan submentovertikal. Dicari gambaran perselubungan sinus,
massa jaringan lunak, sklerosis dinding sinus, dan destruksi tulang. Dengan
tomogram dapat terlihat jelas perluasan tumor dan destruksi tulang. Tomografi
komputer dapat menunjukkan perluasan kejaringan lunak dan
intrakranial.
Biopsi untuk diagnosis pasti dapat dilakukan
melalui sinoskopi.
Penatalaksanaan
Pada tumor jinak dilakukan ekstirpasi sebersih mungkin. Pada tumor ganas
terapi merupakan kombinasi operasi, radioterapi (sesudah atau sebelum operasi)
dan kemoterapi. Kadang-kadang setelah operasi diperlukan rekonstruksi dengan
protese (bedah plastik) dan rehabilitasi.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !