Etiologi
Corynebacterium diphteriae.
Manifestasi Klinis
Gejala umum terdapat kenaikan suhu subfebril,
nyeri tenggorok, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, dan nadi
lambat.
Gejala lokal berupa nyeri tenggorok,
disfagia, mual, muntah, tonsil membengkak
ditutupi bercak putih kotor, makin lama meluas dan menyatu membentuk membran
semu. Membran ini melekat erat pada dasar dan bila diangkat akan timbul
perdarahan. Jika membran ini menutupi laring akan terjadi serak dan stridor
inspirasi, bila menghebat akan terjadi sesak napas dan retraksi otot-otot bantu
pernapasan, sianosis, dan apnea. Bila infeksi ini tidak terbendung, kelenjar
limfe leher akan membengkak, menyerupai leher sapi (bull neck atau
burgemeester’s hals).
Gejala pada jantung akibat eksotoksin dapat
timbul miokarditis dan payah jantung. Dapat mengenai saraf kranial dan bila
mengenai ginjal terjadi albuminuria.
Komplikasi
Laringitis difteri, miokarditis, kelumpuhan
otot palatum mole, kelumpuhan otot mata, otot faring laring sehingga suara
parau, kelumpuhan otot pernapasan, dan albuminuria.
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan tes Schick dan pemeriksaan
laboratorium berupa pembuatan preparat langsung kuman (dari permukaan bawah
membran semu). Medium transpor yang dapat dipakai adalah agar MacConkey atau
Loeffler.
Penatalaksanaan
Pemberian antidifteri serum dengan dosis
20.000-100.000 unit, tergantung usia pasien, berat dan lamanya penyakit, setelah
uji kulit.
Antibiotik yang adekuat untuk mencegah
infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring, dan obat
simtomatik.
Pasien diisolasi karena menular, tirah baring
untuk menghindari komplikasi jantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan
tenggorok 3 kali negatif.
Trakeostomi bila perlu untuk mengatasi sumbatan jalan
napas. Tonsilektomi dilakukan pada kasus karier.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !