Etiologi
Umumnya adalah bakteri, yaitu Streptococcus
pneumoniae dan Haemophillus influenzae. Pada bayi dan anak kecil
ditemukan Staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat,
serius dan sangat progresif dengan mortalitas tinggi.
Patogenesis
Bakteri penyebab terisap ke paru perifer melalui saluran
napas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, yang mempermudah proliferasi dan
penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu
terjadinya sebukan sel PMN (polimorfonuklear), fibrin, eritrosit, cairan edema
dan kuman di alveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah.
Sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa
deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMN di
alveoli dan proses fagositosis yang cepat. Dilanjutkan stadium resolusi, dengan
peningkatan jumlah sel makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya
fibrin, serta menghilangnya kuman dan debris.
Proses kerusakan yang terjadi dapat dibatasi
dengan pemberian antibiotik sedini mungkin agar sistem bronkopulmonal yang tidak
terkena dapat diselamatkan.
Manifestasi Klinis
Secara umum dapat dibagi
menjadi:
a. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas
berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang,
keluhan gastrointestinal.
b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa
batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air
hunger, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan
lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri
dada.
c. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan
frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dam
ronki
d. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak
ekskursi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara
napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rub,
nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan
berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa
inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang
terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). Pada
neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada
bayi akan menimbulkan pekak perkusi.
e. Tanda infeksi
ekstrapulmonal.
Komplikasi
Abses kulit, abses jaringan lunak, otitis
media, sinusitis, meningitis purulenta, perikarditis, dan epiglotis kadang
ditemukan pada infeksi H. 1nfluenzae tipe B.
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan
pemeriksaan fisis yang sesuai dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya,
disertai pemeriksaan penunjang. Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan
pemeriksaan mikrobiologi dan/atau serologi.
Karena pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah
dilakukan; dan bila dapat dilakukan pun kuman penyebab tidak selalu dapat
ditemukan, WHO mengajukan pedoman diagnosis dan tatalaksana yang lebih
sederhana.
Berdasarkan pedoman tersebut pneumonia
dibedakan atas:
o pneumonia sangat berat: bila ada sianosis
sentral dan tidak sanggup minum, harus dirawat di RS dan diberi
antibiotik.
o pneumonia berat: bila ada retraksi, tanpa
sianosis, dan masih sanggup minum, harus dirawat di RS dan diberi
antibiotik.
o pneumonia: bila tidak ada retraksi, tetapi
napas cepat:
> 60x/menit pada bayi < 2
bulan
> 50x/menit pada anak 2
bulan - 1 tahun
> 40x/menit pada anak 1 - 5
tahun
tidak perlu dirawat, cukup diberi antibiotik
oral.
o bukan pneumonia: hanya batuk tanpa tanda dan
gejala seperti di atas, tidak perlu dirawat, tidak perlu
antibiotik.
Bayi di bawah 2 bulan harus dirawat karena
perjalanan penyakit lebih bervariasi, komplikasi dan kematian sering
terjadi.
Pemeriksaan
Penunjang
o Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis
dengan predominan PMN atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis
buruk. Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
o Pemeriksaan radiologis memberi gambaran
bervariasi:
- Bercak konsolidasi merata pada
bronkopneumonia
- Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia
lobaris
- Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrat
interstisialis pada pneumonia stafilokok
o Pemeriksaan cairan
pleura.
o Pemeriksaan mikrobiologik, spesimen usap
tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi
trakea, pungsi pleura atau aspirasi paru.
Penatalaksanaan
o Oksigen 1-2 L/menit
o IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl
10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan
status hidrasi.
o Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai
makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding
drip.
o Jika sekresi lendir berlebihan dapat
diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki
transpor mukosilier.
o Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit.
o Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan:
Untuk: kasus pneumonia community
base:
- Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali
pemberian
- Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital
base:
- Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali
pemberian
- Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali
pemberian
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !