Gangguan Pendengaran - FR 123 NT
Headlines News :
Home » » Gangguan Pendengaran

Gangguan Pendengaran

Written By Unknown on Selasa, 07 Agustus 2012 | 16.01

Kelainan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif, tuli sensorineural/saraf/perseptif, atau tuli campur. Tuli konduktif disebabkan kelainan di telinga luar atau telinga tengah. Kelainan telinga luar yang rnenyebabkan tuli konduktif ialah atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, dan osteoma liang telinga. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif ialah tuba katar/sumbatan tuba Eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum, dan dislokasi tulang pendengaran.

Tuli sensorineural terbagi atas tuli sensorineural koklea dan retrokoklea. Tuli senso­rineural koklea disebabkan aplasia, labirintitis, intoksikasi obat ototoksik atau alkohol. Dapat juga disebabkan tuli mendadak, trauma kapitis, trauma akustik, dan pemaparan bising. Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan neuroma akustik, tumor sudut pons serebelum, mieloma multipel, cedera otek, perdarahan otak, dan kelainan otak lainnya.

Pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif dengan mempergunakan garpu tala dan kuantitatif dengan mempergunakan audiometer.

Tes Penala
Idealnya dipakai garpu tala 512, 1024, dan 2048 Hz. Bila tidak mungkin, cukup dipakai 512 Hz karena tidak terlalu dipengaruhi suara bising sekitar.

Tes Rinne
Tujuan: membandingkan hantaran melalui udara dan tulang pada telinga yang diperiksa. Cara: penala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus, setelah tidak terdengar, penala dipegang di depan telinga ± 2 ½ cm. Bila masih terdengar disebut Rinne positif, bila tidak disebut Rinne negatif. Dalam keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada hantaran tulang.

Interpretasi pemeriksaan garpu tala

Tes Weber
Tujuan: membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan.
Cara: penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah dahi/kepala. Bila bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut lateralisasi ke telinga tersebut. Bila terdengar sama keras atau tidak terdengar disebut tidak ada lateralisasi. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi pada telinga yang sakit) berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut, bila sebaliknya (lateralisasi pada telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli saraf.

Tes Schwabach
Tujuan: membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal.
Cara: penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Bila masih dapat mendengar, disebut memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya. Bila pasien masih dapat mendengar, disebut memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama mendengarnya disebut sama dengan periksa.

Tes Rinne            Tes Weber                                          Tes Schwabach                   Diagnosis
Positif                  tidak ada lateralisasi                            sama dengan pemeriksa       normal
Negatif                 lateralisasi ke telinga yang sakit          memanjang                          tuli konduktif
Positif                  lateralisasi ke telinga yang sehat         memendek                           tuli sensoneural
                                       
Audiometri
Untuk pemeriksaan kuantitatif gangguan pendengaran dilakukan pemeriksaan audiometri. Dari audiogram dapat dilihat apakah normal atau tuli, kemudian jenis dan derajat ketuliannya. Derajat ketulian dihitung dengan indeks Fletcher, yaitu rata-rata ambang pendengaran pada frekuensi 500, 1.000, dan 2.000 Hz. Pada interpretasi audiogram harus ditulis telinga yang mana, apa jenis derajat ketuliannya.

Untuk membedakan tuli koklea dan tuli retrokoklea diperlukan pcmeriksaan audiologi khusus yang terdiri dari audiometri khusus (tes Tone decay, tes Short Increment, Sensitiv­ity Index (SISI), tes Alternate Binaural Loudness Balance (ABLB), audiometri tutur, audiometri Bekessy), audiometri obyektif (audiometri impedans, elektrokokleografi, brain evoked reponse audiometry/BERA), pemeriksaan tuli anorganik (tes Stenger, audiometri nada murni secara berulang, impedans), dan pemeriksaan audiometri anak.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : nofull
Powered by fren
Copyright © 2012. FR 123 NT - All Rights Reserved
Template Design by Callysta Zahrani Published by FR 123 NT