Berdasarkan hubungan dengan dunia luar,
disebut trauma terbuka bila kulit hidung terluka dan terdapat hubungan dengan
dunia luar, dan trauma tertutup bila kulit di tempat trauma
utuh.
Arah trauma harus diperhatikan karena akan
menyebabkan kelainan yang berbeda. Dari lateral, bila ringan akan terjadi
fraktur tulang hidung ipsilateral, sedangkan bila cukup keras akan menyebabkan
deviasi septum nasi dan fraktur tulang hidung
kontralateral. Dari frontal, dapat terjadi open book fracture dan fraktur
serta terlipatnya septum nasi. Dari inferior, dapat timbul fraktur dan dislokasi septum nasi. Berdasarkan lokasi,
terbagi atas dorsum nasi atau frontal etmoid.
Manifestasi Klinis
Dilakukan pemeriksaan kulit serta struktur hidung dan kavum
nasi untuk mengungkapkan adanya deformitas, deviasi, ataupun kelainan bentuk.
Pada tempat trauma akan tampak edema, ekimosis, hematom, laserasi, luka robek,
atau perdarahan berupa bekuan darah ataupun hematom septum nasi. Pada palpasi
fraktur terdapat krepitasi, deformitas, angulasi, dan nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaaan radiologi posisi
anteroposterior dan lateral, namun tidak semua garis fraktur dapat
terlihat.
Komplikasi
Komplikasi segera yang bersifat sementara
yaitu, edema, ekimosis, epistaksis, dan
hematom.
Komplikasi lambat yang dapat terjadi adalah
infeksi, obstruksi hidung, jaringan parut dan fibrosis, deformitas sekunder,
sinekia, hidung pelana, obstruksi duktus nasolakrimalis, dan perforasi
septum.
Penatalaksanaan
Sebagai tindakan penyelamat, mula-mula jalan
napas harus dibebaskan dari semua sumbatan, kalau perlu intubasi atau
trakeostomi. Bila syok, segera atasi dengan infus. Perdarahan harus segera
ditanggulangi. Untuk mempertahankan fungsi hidung dan mencegah komplikasi,
dilakukan reposisi hidung dengan anestesi
lokal atau umum.
Prinsipnya reposisi dilakukan segera bila
keadaan umum memungkinkan. Pada trauma hidung terbuka, perlu dilakukan
eksplorasi di tempat luka. Fragmen tulang yang fraktur disusun kembali dan
dilakukan fiksasi dengan kawat.
Pada kasus trauma frontoetmoid, walaupun
tertutup, dilakukan eksplorasi supaya dapat menyusun kembali fragrnen tulang
yang fraktur, kemudian dilakukan fiksasi antar tulang. Kasus ini sering disertai
fraktur dasar orbita, sehingga terdapat diplopia.
Pada trauma hidung tertutup, dengan adanya
edema dan hematoma yang luas, kadang diagnosis fraktur dan posisi fragmen tulang
sulit ditegakkan. Sebaiknya ditunggu sampai akhir minggu pertama sehingga
deformitas akan lebih jelas terlihat. Kemudian reposisi dilakukan secara
tertutup, dalam waktu tidak lebih dari 2 minggu karena jika kalus sudah mengeras
akan sukar direposisi. Reposisi septum dilakukan dengan cunam Ashe, untuk
menggeser septum yang fraktur atau dislokasi
ke garis median. Untuk melakukan reposisi prosesus frontalis os maksila dan os
nasal dipakai cunam Walsham. Setelah yakin bentuknya baik dan berada di median,
dilakukan fiksasi di dalam rongga hidung memakai tampon dan di atas hidung
dipasang gips. Pada fraktur lama di mana kalus sudah mengeras, perlu dilakukan
osteotomi dan dirujuk ke ahli THT.
Meskipun kelainan hidung ringan saja namun
mudah terlihat, sehingga hal ini akan mempengaruhi keadaan psikis pasien. Untuk
tujuan estetis, perlu dilakukan operasi untuk psikoterapi.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !